Terus Dibangun, KSL Singolangu Dongkrak Perekonomian Masyarakat Sekitar

Kampung Susu Lawu (KSL) di Lingkungan Singolangu, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan.(Daniel/Lensamagetan.com)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Pada suatu kesempatan Bupati Magetan Suprawoto bertanya kepada Mbah Wo Singolangu.

“Mbah Wo, agar warga itu bisa sejahtera harus punya berapa sapi perah. Mbah Wo menjawab, 5 Pak Bupati”.

Berawal dari itulah, Pemkab Magetan terus mengembangkan sapi perah di Lingkungan Singolangu, Kelurahan Sarangan, Kecamatan Plaosan.

Pertama hanya sedikit masyarakat yang punya sapi perah, saat ini berubah jadi ratusan sapi perah, dan merubah  Singolangu menjadi kampung edukasi wisata (eduwisata) Kampung Susu Lawu (KSL).

“Dulu hanya beberapa peternak saja, tapi saat ini sudah menjadi 42 peternak dengan total sapi perah sekitar 250,”kata drh. Nur Haryani, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Magetan, Jumat (16/6/2023).

Tak hanya menjadi kampung edukasi wisata, setelah banyaknya pelatihan yang dilakukan oleh Disnakan, warga KSL saat ini bisa mengolah susu menjadi berbagai macam olahan yang dijadikan oleh-oleh khas Kampung Susu Lawu  Singolangu.

“Awalnya warga juga cuma menjual susu saja, tapi saat ini sudah bisa mengolah sendiri menjadi berbagai makanan. Jumlah kelompoknya ada ibu-ibu sekitar 60 orang,”ujarnya.

Pembanguan Kampung Susu Singolangu menjadi kampung wisata tematik dilakukan sejak tahun 2019 lalu, yang sampai sekarang masih terus berjalan.

Menurut drh. Nur Haryani, Singolangu memang punya potensi untuk dikembangkan menjadi lokasi wisata tematik. Karena didukung adanya sentra peternakan sapi perah, dan dikelilingi pemandangan yang indah Gunung Lawu.
“Dengan adanya KSL ini bisa memecah keramaian di Telaga Sarangan,”terangnya.

Yang paling bisa dirasakan adalah, adanya pengunjung yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Seperti halnya tahun 2021 yang hanya dikunjungi 16 ribuan wisatawan, di tahun 2022 sudah di angka 36 ribu pengunjung.

Hal itu secara otomatis bisa menjadi kuda penarik perekonomian warga dan menjadi salah satu cara pengentasan kemiskinan struktural, seperti yang diinginkan oleh Bupati Magetan Suprawoto.

“Kalau hasil penjualan produk olahan susunya setiap bulan berkisar Rp 10 jutaan, tapi pas bulan Desember kemarin bisa sampai Rp 75 juta,”imbuhnya.(niel/ton)