Bisnis  

Warung Tua Mbok Cip Yang Melegenda di Kelurahan Tawanganom

Mbok Cip di Warungnya Yang Sederhana Saat Melayani Pelanggannya.(Daniel/Lensa Magetan)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Warung Mbok Cip, inilah warung yang melegenda tepatnya berada di depan Kantor Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan.

Eyang Cip, atau biasa dipanggil Mbok Cip adalah nama panggilan dari Sriyati (68), pemilih warung warga asli Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan. Cip adalah nama yang ditinggalkan suaminya Sucipto yang sudah terlebih dahulu menghadap sang ilahi.

Kopinya yang mantab dan makanannya yang murah, membuat warung Mbok Cip mempunyai banyak pelanggan setia. Wajahnya yang terlihat galak dan sesekali membentak pelanggannya, justru membuat para penikmat kopi di warung tersebut merasa kangen kopi buatannya.

“Coba pas beliau repot melayani pembeli, terus ada yang pesen kopi, pasti langsung dibentak. Kita yang sudah biasa disini sudah tau sifatnya dan itu malah jadi bahan candaan kami,” kata Sulistiono salah satu pelanggan setia kopi warung Mbok Cip, Selasa (14/12/2021).

Sriyati atau biasa disebut Mbok Cip mengaku, sudah berjualan kopi dan makanan di tempat itu sejak dari tahun 1984 lalu. Saat ini dirinya sudah dikaruniai 3 anak dan 4 cucu.

“Saya buka warung sudah sekitar 36 tahun lalu, kalau tidak salah sudah 7 sampai 8 Lurah yang ganti di Kelurahan Tawanganom ini. Jadi saya hafal betul bagaimana kondisi dan awal mula Kelurahan Tawanganom ini,” jelas Sriyati.

Pendirian warung tersebut lanjut Sriyati, juga atas inisiatif salah satu Lurah pada saat itu agar dirinya mendirikan warung kopi yang asli tanpa campuran maupun tambahan pemanis buatan.

“Saya membuat warung ini dulu juga disuruh oleh Pak Lurah, bangunan warung ini dulu Rp 75 ribu rupiah, saya dimodali Pak Lurah Rp 100 ribu, dirinya berpesan kopinya jangan ada campuranya. Selain itu juga tidak boleh ada sari manis atau pemanis buatan, yang hingga saat ini tetap kita jaga,” ujarnya.

Meski hasil dari warung tersebut sudah tak seperti dulu lagi, namun dirinya bertekad akan tetap membuka warungnya dan melayani pelanggan kopinya yang setia, sampai nanti dirinya renta.

“Kalau dulu hasilnya bisa dirasakan, bisa untuk nikahkan anak-anak, bisa buat bangun rumah dan lain-lain. Tapi kondisi saat ini sudah berbeda, karena apa-apa mahal gak seperti dulu,” tutupnya. (niel/red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *