Dorong Layanan Kesehatan Mata yang Inklusif, Yayasan Para Mitra Gelar Diskusi Publik

Diskusi Publik yang diselenggarakan yayasan Para Mitra Indonesia.(Daniel/Lensamagetan.com)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Yayasan Para Mitra Indonesia menggelar diskusi publik bertajuk “Mendorong Adanya Kebijakan Layanan Kesehatan Mata yang Komprehensif dan Inklusif dalam Mendukung SDGs”, Selasa (22/7/2025).

Kegiatan ini berlangsung di ruang rapat Ki Mageti Setdakab Magetan dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan dari unsur pemerintah daerah hingga masyarakat sipil.

Hadir dalam kegiatan tersebut Pj Sekda Magetan Muhtar Wahid, Kepala Dinas Kesehatan Magetan Rohmat Hidayat, Direktur Yayasan Para Mitra Indonesia Asiah Sugiyanti, Kepala Bappeda Magetan, serta sejumlah perwakilan OPD, organisasi masyarakat sipil, jurnalis, dan undangan lainnya.

Diskusi ini bertujuan menggali masukan demi mendorong kebijakan pelayanan kesehatan mata yang inklusif, komprehensif, dan berkelanjutan, khususnya sebagai bagian dari upaya pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).

Direktur Yayasan Para Mitra Indonesia, Asiah Sugiyanti, menyoroti bahwa isu kesehatan mata belum menjadi prioritas nasional, padahal tren penyakit tidak menular, termasuk gangguan penglihatan akibat diabetes, terus meningkat.

“Kesehatan mata belum menjadi isu prioritas, padahal dalam lima tahun ke depan, penyakit tidak menular seperti gangguan penglihatan akan meningkat, terutama karena diabetes. Program I-SEE yang kami jalankan sejak 2024 ini bertujuan memperkuat yang sudah ada, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan melalui perjanjian kerja sama (PKS),” jelas Asiah.

Ia menambahkan bahwa program ini telah dijalankan sebagai pilot project di Kabupaten Probolinggo, dan saat ini diperluas ke Kabupaten Magetan, Ngawi, dan Ponorogo.

Sementara itu, Pj Sekda Magetan, Muhtar Wahid, mengapresiasi langkah Yayasan Para Mitra Indonesia dalam mendukung layanan kesehatan mata di daerah.

“Kami ucapkan terima kasih kepada Yayasan Para Mitra Indonesia yang telah menginisiasi kegiatan ini. Berdasarkan data, dari sekitar 2.995 kasus katarak di Magetan, baru 16,62 persen yang telah tertangani. Ini menunjukkan masih banyak masyarakat yang membutuhkan layanan pengobatan mata,” ungkapnya

Ia juga menyampaikan bahwa sebagian pasien telah terbantu oleh dukungan dari Yayasan Para Mitra Indonesia, terutama dalam bentuk penyediaan kacamata dan biaya transportasi. Namun, biaya operasi katarak masih menjadi tantangan yang belum terakomodasi.

“Kami upayakan ke depan, pemerintah Kabupaten Magetan bisa ikut menutup kekurangan pembiayaan ini, khususnya untuk operasi katarak. Sinergi antara yayasan dan pemerintah daerah sangat dibutuhkan,” imbuhnya.

Diskusi publik ini diharapkan menjadi langkah awal dalam merumuskan kebijakan yang berpihak pada peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui layanan kesehatan mata yang lebih adil dan terjangkau.(niel/red)