Sejarah Berdirinya Musholla di Area Sendang Drajat Gunung Lawu

Setyo Winarno Pemilik CV/PK Jati Unggul Ngadirejo Madiun, Inisiator Pembangunan Musholla di Puncak Lawu bersama Grup Seduluran Selawase.(Anton/Lensamagetan.com)

MAGETAN ( Lensamagetan.com) – Sempat viral karena Musholla yang dibangunnya bersama kelompok Sedulur Selawase di Puncak Gunung Lawu di klaim Hadi Suyono alias Mbah Kancil, Tokoh pembuat Musholla yang sebenarnya akhirnya muncul.

Beliau adalah Setyo Winarno (55), warga Desa Ngadirejo, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun. Pemilik perusahaan Kayu Cv/PK Jati Unggul ini terpaksa muncul di media karena takut Musholla yang dia bangun bersama teman-temannya disalahgunakan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab.

Dalam kesempatan ketemu dengan Lensamagetan.com, Bapak dua anak ini menceritakan dengan detail tahap demi tahap pembuatan Musholla di puncak Gunung Lawu yang penuh perjuangan.

Berikut tulisan asli Bapak Setyo Winarno yang menceritakan gagasan awal sampai dengan selesai dibangunnya Musholla di puncak Gunung Lawu.

IDE / GAGASAN AWAL :
A. Sejarah awal pendakian saya di Gunung Lawu :
Pendakian di Gunung Lawu itu merupakan keinginan saya yang lama, tetapi baru terwujud beberapa tahun yang lalu. Keinginan mendaki di gunung lawu semenjak saya masih kecil di usia saya masih sekolah di sekolah dasar.

Pada waktu itu saya mendengar istilah Gunung Lawu dari cerita almarhum bapak saya, beliau menceritakan pada waktu malam hari selesai sholat magrib dimana kondisi waktu itu belum ada listrik dan hanya diterangi oleh lampu teplok minyak tanah.

Beliau menceritakan bahwa gunung Lawu adalah gunung yang banyak menyimpan misteri. Mulai kondisi cuaca yang sangat dingin (bisa minus derajat), sehingga bisa membuat orang kedinginan dan kaku. Pandangan yang terbatas kadang tertutup kabut tebal, kondisi topografi yang menanjak terjal, dan juga banyak orang yang melakukan prosesi ritual.

Dari semua itu ada yang membuat saya tertarik yakni nama-nama yang ada di jalur pendakian itu, seperti Sendang Drajat, Kawah Lawu, Sumur Jolotundo, Puncak Lawu, Argo Dumilah, Argo Dalem dan lainnya. Pun, yang paling membuat saya penasaran adalah keberadaan burung Jalak atau dikenal Jalak Lawu.

Menurut cerita bapak saya, keberadaan burung Jalak Lawu itu biasanya memandu pendaki ke Gunung Lawu, apabila dalam perjalanan pendakian seseorang ke lawu menemukan burung Jalak berbalik arah ke awal kita mendaki pertanda pendakian tidak boleh diteruskan, dan apabila burung Jalak tersebut mengikuti langkah kita pertanda baik pendakian diteruskan.

B. PENDAKIAN PERTAMA GUNUNG LAWU.
Keinginan kuat saya untuk mengetahui keberadaan Gunung Lawu akhirnya terwujud pada pendakian saya pertama yaitu pada pandemi Covid-19, sekitar tanggal 19 September 2021. Saya dibantu, disemangati oleh kelompok teman Pendaki Gunung asal Madiun “PERGANAS”, yang waktu itu pendakian diawali dari base camp Cemoro Kandang (sayangnya sudah bubar grupnya ) , yang waktu itu ramai karena banyak pemula yang ikut, sekitar 17 an orang termasuk saya.

Dalam pendakian tersebut selama perjalanan hanya doa yang bisa dilakukan, sikap hati-hati tidak boleh gegabah atau sombong, bicara seperlunya, dengan suatu harapan perjalanan saya selamat menuju puncak gunung lawu dan pulang sampai ke rumah.

Didalam perjalanan mendaki saya menemui burung Lawu atau Jalak Lawu sesuai informasi atau cerita yang pernah saya terima, keberadaan topografi memang luar biasa, yaitu sepanjang start selalu disuguhi jalan tanjakan.

Ditengah perjalanan pendakian saya beristirahat bersama teman-teman pendaki di pos 4 (Cokro Suryo), menurut saya namanya bagus, kami lakukan sholat dan makan bekal yang dibawa dari bawah, selanjutnya dilakukan kembali pendakian menuju Puncak melalui Geger Boyo.

Pendakian menuju Geger Boyo ini sangat menguras tenaga sekali, terjal dan jalan banyak batuan kecil. Alhamdulilah Perjalanan Lancar sampai ke puncak Lawu (Argo Dumilah) sekitar jam 3 sore.

Perjalanan antara tempat Geger Boyo dan puncak Lawu waktu itu kondisi cuaca cerah sekali, tidak ada kabut yg menyelimuti, sejauh mata memandang kelihatan semua, disekitaran gunung lawu terhampar pandangan luas yang hijau.

Kondisi topografi kelihatan gunung gunung yang mengitarinya, saya merasakan betapa kecilnya manusia seperti saya, yang tidak ada apa-apanya, sadar apa yang saya rasakan memiliki (kepandaian, kegagahan, kekayaan kehebatan dll) tidak ada artinya hanya melihat gunung itu) saya menyadari betapa besar kekuasaanNya.

Saya menyadari ini baru Gunung Lawu yang saya lihat, gunung di Indonesia jumlahnya banyak sekali, di dunia bahkan lebih banyak lagi, sesuai faham atau ajaran yang saya yakini bahwa gunung-gunung ini pada waktunya akan meletus bersama sama, menjadi ibarat seperti bulu yang dihambur hamburkan dan manusia seperti laron yg berterbangan.

Kondisi itu membuat dalam diri saya, harus saya tanamkan dan lakukan dekat dan Syukur pada-nya, harus lebih banyak berbuat kebaikan, introspeksi menjauhkan sikap sombong dan Riya’.

Itu kesan yang saya dapatkan pada pendakian perdana saya. Selanjutnya saya melakukan perjalanan turun menuju base camp Cemoro Kandang, perjalanan lancar, tetapi karena pertama melakukan pendakian kaki rasanya capek pol dan lecet, saya bersyukur sudah kesampaian dan rasanya sepert tidak percaya akan apa telah kami lakukan.

C. PENDAKIAN SELANJUTNYA.
1. Ke -2 kita bertiga, Tgl 17 Oktober 2021, naik Cemoro Kandang Turun Cemoro Sewu dipandu teman dari “PERGANAS” mas Yusuf Tawang Madiun, yang beliau juga memandu saya di pendakian yang pertama.

2. Ke 3 dan 4 Naik dan turun via Cemoro Sewu ramai-ramai dengan anggota PERGANAS.
3. Pada pendakian Ke 5 Tgl 9 Oktober 2022 naik dan turun via Cemoro Sewu berdua aja ditemani mas Yusuf Tawang Madiun lagi.

D. IDE PEMBANGUNAN MUSHOLLA PADA PENDAKIAN KE 5.

Salah satu dokumen pendakian ke Puncak Gunung Lawu.

Pada pendakian Ke 5 Tgl 9 Oktober 2022 naik muncul Ide atau gagasan atau keinginan membuat mushola di gunung lawu muncul, dimana waktu itu sebelum sampai puncak saya berhenti untuk ambil wulu di Sendang Drajat, waktu itu air di sendang drajat melimpah. Seperti biasanya saya sampai puncak Argo Dumilah ambil tempat sholat dan melakukan sholat jama dan Qosor.

Selanjutnya saya bermaksud turun ke base camp, dimana perjalanan antara Puncak menuju base Camp itu muncul gagasan ide di benak saya, bagaimana apabila di Sendang Drajat itu ada tempat sholat, pertimbangannya di Sendang Drajat tempat yang paling strategis.
– Sendang Drajat merupakan pos strategis untuk istirahat sebelum ke puncak Lawu.
– Ada sumber air, ada air bisa untuk bersuci yaitu air sendang itu sendiri.
– Ada toilet.
– Ada semacam tempat menginap para pendaki atau salter
– Diluar Salter alam terbuka, banyak orang menginap dengan mendirikan tenda.
– Mengingatkan dan memberi tempat beribadah atau berdoa ke jalan kebaikan/ benar sesuai pemahaman saya, “Menyembahlah dan mintalah pada Alloh “ mengingat Sendang Drajat biasanya digunakan untuk tempat ritual para pendaki dengan tujuan bermacam-macam.

– Dengan adanya mushola itu saya berharap :
Menyediakan tempat Sholat minimal untuk diri saya sendiri dan kelompok kami Sedulur Selawase, apabila saya dan kelompok melakukan pendakian di Gunung Lawu dan pendaki yang lain atau saudara yg muslim yang ingin menunaikan Ibadah Sholat.

Selanjutnya, saya sampaikan niatan itu kepada yang punya salter atau kebetulan yang punya adalah yang punya warung Sendang Drajat yaitu Mbok To dan Pak Maridi. Alhamdulilah niatan itu disambut dengan baik dengan kompensasi tertentu, akhirnya ada kesepakatan atau disetujui dan dipersilahkan.

Kesepakatan pada waktu itu, saya hanya minta tempat seukuran 2,5 x 3 m di depan kanan arah masuk salter. Selanjutnya beliau mbok To dan Pak Maridi menyanggupi dan akan membersihkan dan mengatur sedemikian rupa dirubah menjadi tempat sholat atau mushola. Perlengkapan sholat akan saya bawakan atau siapkan dari Madiun. Waktu itu teman-teman yang bergabung “Sedularan Selawase” yang menyediakan perlengkapan Sholat dan diberikan langsung Ke rumah Mbok To di Desa Dadi, Plaosan Magetan, untuk selanjutnya di bawa ke Mushola Sendang Drajat Gunung Lawu.

E. KESEPAKATAN MUSHOLLA PERMANEN.
Selang beberapa minggu teman yang membantu tergabung Seduluran Selawase melakukan pendakian sekaligus sholat di musholla itu, setelah sampai Sendang Drajat saya dan teman-teman melakukan sholat. Waktu itu hujan sangat lebat banget, ternyata posisi Mushola tidak sesuai kesepakatan sebelumnya, posisi mushola ada dalam salter pojok belakang, sehingga apabila pendaki ingin menuju mushola harus melewati beberapa orang yang tidur di salter itu menurut kami kurang pas.

Akhirnya dilakukan pembicaraan kembali dan beliau Bapak Maridi dan Mbok To meminta untuk dibuatkan Musholl Permanen. Selanjutnya pulang dari Pendakian yang ke 5 mulai saya pikirkan hal-hal menyangkut gambar Musholla atau Modelnya, Tehnik Pembuatannya, Biaya Mushola, biaya Mobilisasi dari base camp Cemoro Sewu ke Sendang Drajat, Tenaga kerja dan hal lain yang kemungkinan timbul.

Saya menyadari membuat mushola ini sangat memerlukan perlakuan khusus, mengingat membawa badan tanpa benda aja berat untuk naik ke puncak Lawu, lebih-lebih membawa benda, tetapi harus terwujud mengingat pemahaman saya betapa dibutuhkan Mushola itu.

IV. SUMBER BIAYA :
– Mobilisasi dari Cemoro sewu ke Puncak / Sendang Drajat diangkut dengan tenaga manusia, dibiayai bos Sedulur Selawase (ibu Hj Siska ) dari Surabaya 26 Naik x Rp. 400.000.
– Pembuatan Mushola murni dari PK. Jati Unggul Madiun ( Setyo Winarno)
– Transportasi Madiun ke Cemoro Sewu anggota Sedulur Selawase Pak Bambang dan Mas Safii (pengusaha konstruksi Baja Madiun)
– Sumbangan Uang untuk Akomodasi dan P3K, uang dari teman-teman Mas Yusuf Madiun.
– Sumbangan uang untuk Akomodasi dari teman-teman Sedulur Selawase dan hamba Alloh.

V. PROSES PEMBUATAN

Perakitan Musholla di Cv/Pk Jati Unggul Ngadirejo Milik Bapak Setyo Winarno.

A. Persiapan / Survey ke Sendang Drajat.
– Membuat lay out situasi sendang drajat
– Penentuan lokasi mushola
– Menentukan arah Kiblat Mushola
– Konsultasi gambar sket/rencana dengan Bapak Maridi dan Mbok To

B. Pembuatan mushola awalnya di Perusahaan Kayu Cv/PK Jati Unggul Madiun. Dengan berdasar gambar desain yang ada meliputi :
– Penyediaan Bahan rangka kayu Jati meliputi tiang, balok, lantai dan dinding, dan untuk atap memakai baja ringan dan Spandek.
– Perakitan di perusahaan Kayu Jati Unggul
– Finishing .
– Dikerjakan 3 orang selama 2 minggu
C. Pelepasan dilanjut pengepasan
– Diberi tanda sesuai titik simpul, selanjutnya di lepas.
– Dikemas menjadi 24 ikat, perikat sekitar 35 kg
– Di rubah menjadi 26 ikat sesampai di tujuan .
D. PENGIRIMAN.
– Pengiriman didahului selamatan di PK Jati Unggul.
– Pengiriman dari PK Jati Unggul Tgl 01/ 02/ 2023 dengan 2 Mobil Pick Up.
– Tgl 03/02/2023 satu Pick Up
– Pengiriman menuju Base Camp Cemoro Sewu.

VI. PEMASANGAN dan PERAKITAN DI SENDANG DRAJAT.

Proses perakitan Musholla di Puncak Gunung Lawu.

– Pemasangan kedua tanggal 17/03/2023 bisa dilaksanakan 5 personil (3 Pekerja, mas yusuf dan Saya).

– Pemasangan dilaksanakan selam 3 hari kerja.
– Rencana disempurnakan lain kesempatan.
VII. BROKOHAN

Brokohan atau Selamatan sebelum didirikannya Musholla di Puncak Gunung Lawu.

A. Tgl 20/21 Mei 2023 bermalam di salter Sendang Drajat.
B. Sumber Biaya : Bu Hj Siska Surabaya
C. Peserta : ± 16 orang
D. Kegiatan : Berdoa Bersama memohon pada Alloh agar Mushola bermanfaat bisa membawa kebaikan semuanya.

E.Merencanakan kelengkapan berikutnya yg perlu dipersiapkan diantaranya Lampu penerangan tenaga Surya, beberapa perlengkapan Sholat, alat kebersihan, sandal, tulisan atau plakat nama mushola, arah kiblat, himbauan dll, yang akan dilaksanakan secepatnya.

SEDULURAN SELAWASE (Nuryanto, Bu hj Siska Surabaya, Mas yusuf Tawang, Mbak Nina,Pak Chris, Bu Anik/Anang, Agus Lurah, Setyo Winarno, Bu Indah dan Mbak watik).

TUKANG : Haryanto, Samino, Darminto, Joko dan Imam.

Penulis : Setyo Winarno, Pemilik CV/PK Jati Unggul, Ngadirejo, Madiun.