Belajar Bahasa Jawa dari Suprawoto, Menteri PMK: Beliau adalah Penulis yang Hebat

Mantan Bupati Magetan Suprawoto saat berjabat tangan dengan Menteri PMK Prof Dr Muhadjir Effendi di acara Tabligh Akbar dan Milad Muhammadiyah dengan keluarga Muhammadiyah di GOR Ki Mageti Magetan.(Lensamagetan.com/Ist)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Menteri PMK Prof Dr Muhadjir Effendi, mengaku belajar bahasa Jawa dari mantan Bupati Magetan Suprawoto.

Hal itu diungkapkannya dalam tausiah di Tabligh Akbar dan Milad Muhammadiyah dengan keluarga Muhammadiyah di GOR Ki Mageti Magetan pagi tadi (10/12/2023).

“Saya belajar banyak tentang bahasa Jawa kepada Pak Suprawoto mantan Bupati Magetan. Beliau adalah penulis yang hebat. Juga karena menulis dalam bahasa Jawa di majalah Jawa saya sering membaca, jadi tahu,” ujarnya.

Menteri PMK juga mengatakan bahwa dirinya adalah pelanggan setia majalah Jawa Panjebar Semangat (PS), dimana Suprawoto atau Kang Woto sapaan akrabnya, adalah salah satu penulisnya.

Majalah yang sudah terbit sejak tahun 1933 itu, bisa jadi ini adalah majalah paling tua yang masih terbit sampai dengan saat ini.
Mantan Bupati Magetan Suprawoto ini memang seorang pejabat sekaligus penulis.

Suprawoto juga pemegang dua rekor dunia Muri, pertama Penulis autobiografi pertama dalam bahasa Jawa. Kedua, Bupati yang menulis dalam dwi bahasa sekaligus terlama dalam bahasa Jawa dan Indonesia.

Dalam menulis dalam bahasa Jawa di majalah PS sudah dilakoninya dan dimulai tahun 1993 (belum rutin). Dan baru kemudian secara rutin menulis setiap minggu mengasuh rubrik “Email Saka Jakarta” mulai tahun 2009 sampai menjabat bupati tahun 2018. Dan sejak menjabat bupati sampai dengan sekarang rubrik diganti “Kembang Setaman.”

Kalau dihitung sampai dengan sekarang sudah lebih dari 14 tahun lamanya tanpa henti. Dan itu setiap minggu. Belum sejak jadi bupati juga diminta menulis rutin setiap minggu di koran harian Madiun dalam rubrik “Bupati Menulis.”

Dan menurut pengakuannya, sejak dulu menulis tidak mengejar honor. Karena memang tidak pernah menerima honor.
Baginya menulis dengan menyitir Pramoedya Ananta Toer.

“Orang boleh pintar setinggi langit, orang boleh hebat setinggi langit kalau tidak menulis akan dilupakan sejarah. Menulis pekerjaan yang abadi,” kata Suprawoto.

Dengan menulis, Suprawoto tidak ingin dilupakan zaman, Hal itu terbukti, bahkan Menteri PMK bisa mengenalnya lewat karya tulisan dalam bahasa Jawa.(ton/*)