MAGETAN (Lensamagetan.com) – Pelatih tim sepak takraw putri Magetan, Bayu Agung Prasetya, mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan sepihak yang diambil oleh Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI) Magetan terkait pembatalan keberangkatan timnya ke ajang Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) di Malang.
Bayu, yang juga merupakan guru olahraga ini, menjelaskan bahwa timnya sebelumnya telah didaftarkan secara resmi untuk mewakili Kabupaten Magetan pada Porprov 9 tersebut.
Pendaftaran tersebut berdasarkan pada prestasi tim takraw putri Magetan yang telah meraih juara 3 pada Kejurprov di Mojokerto tahun 2024 lalu.
“Sejak awal kita sudah dipanggil, dimintai data, mengikuti tes parameter dari KONI, dan juga menjalani training center (TC). Tapi tiba-tiba beberapa hari lalu, ketua Pengcab mengajukan pengunduran diri dan menyatakan tim kami tidak layak berangkat karena alasan parameter dan skill yang dinilai kurang,” ungkap Bayu saat ditemui tim Lensamagetan, Senin (2/6/2025).
Bayu menyayangkan alasan yang menurutnya tidak masuk akal, mengingat anak-anak asuhnya telah menunjukkan peningkatan performa dan konsistensi dalam latihan, bahkan di tengah hujan dan kesibukan ujian sekolah.
“Anak-anak ini juara O2SN tingkat kabupaten dua tahun berturut-turut, dan itu bukti nyata prestasi. Bahkan untuk Kejurprov 2024 ini, kami berangkat secara mandiri tanpa dukungan anggaran karena merasa tanggung jawab untuk membuktikan diri. Hasilnya kami tetap berhasil meraih juara 3,” tegas Bayu.
Ia juga menyoroti ketidakhadiran pihak Pengcab saat proses latihan dan seleksi berlangsung. Dan tiba-tiba malah bisa memberikan penilaian yang sangat merugikan.
“Kalau mereka bilang tidak layak, kapan mereka menilai? Tidak pernah datang melihat latihan, hanya sekali saat hujan deras. Tapi tiba-tiba menilai anak-anak tidak cukup baik,” lanjutnya.
Bayu mengaku telah melakukan koordinasi dengan pihak KONI Magetan dan Pengcab sejak awal, namun tidak mendapat respon yang serius. Keputusan sepihak tersebut tidak hanya berdampak secara psikologis kepada para atlet muda, tapi juga mematahkan semangat juang mereka.
“Anak-anak ini sudah disiapkan jauh-jauh hari. Mereka latihan setiap hari, bahkan saat puasa dan ujian. Kalau seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab atas mental mereka?” tambahnya dengan nada kecewa.
Bayu berharap ada klarifikasi dan perhatian serius dari pihak terkait, baik Pengcab maupun KONI, agar fakta-fakta di lapangan benar-benar diperhatikan, bukan hanya sekadar mendengar dari pihak tertentu.
“Kami hanya ingin keadilan dan dihargai atas perjuangan yang telah kami lakukan. Jika tidak diberangkatkan, artinya Magetan tidak memiliki wakil di cabor sepak takraw putri. Karena memang tidak ada tim lain selain kami,” tutupnya.(niel/red)