Ajak Masyarakat Kreatif Mengolah Sampah, BSSJ Gelar Pelatihan Membuat Sofa Botik di Desa Mojopurno

Direktur BSSJ Juli Kiswanto,SH berikan praktek langsung cara membuat Sofa Botik kepada masyarakat Desa Mojopurno.(Anton/Lensamagetan.com)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Pemerintah Desa (Pemdes) Mojopurno, Kecamatan Ngariboyo, menggandeng Bank Sampah Sapu Jagad (BSSJ), menggelar Pelatihan Keterampilan Daur Ulang Pembuatan Sampah Sofa Botik (Botol Plastik), Sabtu (3/8/2024).

Bertempat di Balai Desa Mojopurno, pada pelatihan kali ini, BSSJ memberikan pelatihan kepada puluhan masyarakat, mulai dari anggota PKK, Bank Sampah dan masyarakat sekitar.

Direktur BSSJ, Juli Kuswanto, SH, mengatakan, pelatihan yang diberikan kepada masyarakat Mojopurno ini untuk mengedukasi terkait kebersihan lingkungan terutama permasalahan sampah.

“Edukasinya ini, yakni membuat ecobrik dari kain perca. Setelah itu akan kita buat sofa botol plastik (Botik), ” kata Juli.

Dijelaskan oleh orang nomor satu di BSSJ ini, untuk sementara kegiatan ini hanya difokuskan untuk beberapa orang saja, agar semuanya terbiasa mengolah sampah.

“Kita dahulukan atau fokus kepada ibu-ibu dulu. Kalau mereka sudah percaya diri dan tidak jijik mengolah sampah kita tumbuhkan lagi untuk kegiatan selanjutnya,” ujar Juli.

Pembukaan Pelatihan oleh Kepela Desa Mojopurno didampingi Direktur BSSJ Magetan.(Anton/Lensamagetan.com)

Dibeberkan Juli, Sofa Botik dari sampah ini, kalau sudah jadi mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi, yakni berkisar Rp 2 juta rupiah.

“Terdiri dari 4 kursi dan satu meja, harganya sekitar Rp 2 jutaan. Yang jelas keuntungannya lumayan. Kita juga menyediakan bahan perlengkapan sofanya berbagai ukuran, jadi juga bisa beli di BSSJ,” imbuhnya.

Sementara itu, ditempat yang sama, Kepala Desa (Kades) Mojopurno, melalui Sekretaris Desa (Sekdes), Agus Kamari menambahkan, bahwa digelarnya pelatihan kali ini selain untuk melatih warga untuk mengolah sampah, juga sebagai salah satu upaya untuk mengurai persamaslahan sampah di Desa Mojopurno.

“Produksi sampah disini sangat banyak, karena jumlah penduduknya relatif besar dan kepadatannya dekat sekali. Di RW 4 ini saja 1 RW pendidiknya ada sekitar seribu penduduk, jadi produksi sampahnya sangat luar biasa. Maka dari itu tahun lalu kita rumuskan hal-hal terkait sampah bisa diminimalisir melalui APBdes,” imbuhnya.

Agus berharap, dengan adanya pelatihan tersebut, masyarakat menjadi lebih berpengalaman dalam mengolah sampah menjadi barang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi.

“Yang difokuskan Pemerintah Kabupaten dan Pemerintah Pusat adalah peningkatan perekonomian. Dengan adanya pelatihan ini kami berharap masyarakat khusunya anak-anak muda semakin kreatif dan inovatif dan bisa mengandalkan dirinya sendiri lewat desa,” tutupnya.(ton/red)