MAGETAN (Lensamagetan.com) – Setelah kecaman keras muncul dari Ketua Ormas OI bersatu Sifaul Anam kepada oknum-oknum yang diduga melakukan pemerasan di sekolah, madrasah atau desa. Kini giliran Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Magetan yang juga ikut memberikan tanggapan terkait masalah itu.
Sebagai salah satu OPD pengampu puluhan media, Diskominfo Magetan juga mengingatkan kepada narasumber untuk berhati-hati dalam memberikan informasi kepada oknum-oknum yang mengaku wartawan tanpa dibekali identitas.
“Setiap wartawan yang menjalankan tugas jurnalistik selalu dibekali kartu pers atau surat tugas, serta memberitahukan nama medianya. Sebagai narasumber berhak menanyakan itu, sebelum memberikan tanggapan atau informasi,” kata Kepala Diskominfo Magetan, Cahaya Wijaya melalui Kabid IKP, Eko Budiono.
Dijelaskan Eko, apabila pihak yang mengaku wartawan atau media tidak mau menunjukan identitasnya, maka narasumber pun juga berhak untuk tidak memberikan informasi apapun.
“Jika yang bersangkutan tidak mau menunjukan atau memberitahukan, abaiakan saja tidak perlu dilayani. Jangan takut intimidasi karena semua dilindungi oleh hukum,” ujarnya.
Pun, Eko juga menegaskan apabila ada oknum-oknum yang mengaku wartawan dan melakukan pemerasan kepada narasumber, hal itu juga melanggar hukum dan bisa dijerat pidana.
“Kalau memang benar ada upaya pemerasan dan intimidasi oleh oknum yang mengaku sebagai wartawan kepada narasumber dengan alasan apapun dalam menjalankan aktivitas jurnalistik, sangat tidak dibenarkan selain bertentangan dengan UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik juga bisa diancam pidana,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala MTsN 4 Magetan, Drs. Giana, mengungkapkan rasa kekhawatirannya setelah mengalami dugaan pemerasan oleh beberapa orang tidak dikenal dan mengaku pengawas dana BOS
Insiden ini terjadi beberapa hari yang lalu, ketika pelaku yang berjumlah 4 orang mendatangi madrasah dan meminta sejumlah uang dengan dalih menanyakan tentang pengadaan seragam, buku dan penggunaan dana BOS yang berujung meminta sejumlah uang.
Ironisnya, saat mengisi buku tamu orang-orang ini tidak mengisi dengan nama, lembaga atau nomer teleponnya sendiri, melainkan menulis nama dan nomor telepon orang lain.(ton/red)