Ratusan Peserta Adu Titis di Gladen Ageng Jemparingan Mataraman Kabupaten Magetan

Bupati Magetan Suprawoto bersama Kadisparbud Joko Trihono saat membuka Gladen Ageng Jemparingan Mataraman di Kabupaten Magetan.(Daniel/Lensa Magetan)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Puluhan paguyuban Jemparingan, ikuti Gladen Ageng Jemparingan Mataraman Kabupaten Magetan yang memperebutkan Piala Bupati Magetan, Minggu (20/11/2022).

Gladen Ageng Jemparingan kali ini berada di lapangan Desa Ringinagung, Kecamatan Magetan. Gladen Ageng yang sudah ke empat kalinya di Kabupaten Magetan ini dibuka langsung oleh Bupati Magetan Suprawoto yang didampingi oleh Kepada Dinas Pariwisata dan kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Magetan Joko Trihono.

Koordinator Panitia Gladen Ageng Jemparingan Mataraman, Setyo Budianto mengatakan, bahwa acara Gladen Ageng Jemparingan ini diikuti oleh paguyuban jemparingan dari berbagai daerah. Para peserta ini adu “titis” atau memanah dengan tepat sasaran.

“Gladen Ageng Jemparingan ini selain untuk melestarikan budaya leluhur, juga sebagai semarak dalam memeriahkan hari jadi Kabupaten Magetan yang ke-347. Ini diikuti sekitar 30 paguyuban jemparingan dengan total 100 peserta dari berbagai daerah di Jawa Timur, Jawa Tengah dan DIY,” ujar Setyo.

Dijelaskan Setyo, Gladen Ageng Jemparingan Mataraman ini digelar dengan sistem beberapa kelas yang bisa diikuti oleh peserta.

“Untuk sementara, kita adakan Gladen ini, ada dua kategori, dewasa dan anak-anak putra dan putri. Dan untuk kategori anak-anak, kita hanya fokuskan untuk peserta yang dari Magetan saja,” imbuhnya.

Sementara itu, Bupati Magetan, Suprawoto menyampaikan, apresiasinya kepada penyelenggara kegiatan Gladen Ageng Jemparingan Mataraman ini yang sudah berjalan dengan baik.

Bupati berharap, kegiatan budaya seperti Gladen Ageng tersebut bisa mengedukasi anak-anak tentang nilai luhur tradisi para leluhur bangsa Indonesia yang perlu di lestarikan.

“Jemparingan ini merupakan budaya leluhur yang harus kita lestarikan, agar anak cucu kita juga mengenal apa jemparingan itu. Selain itu, juga untuk memangkas budaya asing yang sudah terlalu banyak dikenal oleh anak-anak sekarang. Saya berterimakasih kepada penyelenggara kegiatan ini, selain melestarikan tradisi, kegiatan seperti ini juga memberikan ruang bagi anak-anak agar tidak anti sosial,” tutupnya.(niel/ton)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *