Resmi Dilaunching, Batik Suko Menjadi Ikon Baru Kelurahan Sukowinangun

Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti bersama Kepala Kelurahan Sukowinangun saat meninjau stand Batik dalam acara launching Batik Suko.(Daniel/Lensamagetan.com)

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Pemerintah Kelurahan Sukowinangun, Kecamatan Magetan, resmi meluncurkan Batik Suko sebagai ikon baru daerah, dalam sebuah acara meriah yang digelar di sepanjang Jalan Yudistira, Sabtu (28/7/2025).

Batik Suko hadir dengan tiga motif khas, masing-masing mengandung filosofi mendalam yang mencerminkan nilai-nilai masyarakat setempat.

Launching ini dihadiri langsung oleh Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Magetan, Camat Magetan, serta sejumlah tamu undangan lainnya.

Acara ini juga dimeriahkan oleh bazar UMKM lokal yang menampilkan berbagai produk unggulan warga serta lomba fashion show yang diikuti oleh 25 RT se-Kelurahan Sukowinangun.

Kepala Kelurahan Sukowinangun, Agus Dwi Ariyanto, menyampaikan bahwa Batik Suko merupakan hasil karya para pengrajin lokal yang tak hanya mempertahankan warisan motif klasik, tetapi juga berinovasi mengikuti perkembangan zaman.

“Ada tiga motif yang kami hadirkan motif Lempeng, Gendong, dan Punten. Masing-masing punya makna yang dalam dan sangat relevan dengan kehidupan masyarakat,” jelas Agus.

Adapun motif batik Suko mempunyai filosofi tersendiri, seperti Motif Lempeng yang menggambarkan makna kehidupan melalui simbol padi: kerendahan hati, keikhlasan, dan nilai manfaat bagi sesama. Selanjutnya Motif Gendong, melambangkan tanggung jawab, amanah, serta perlindungan dan pemeliharaan. Sementara Motif Punten, mencerminkan filosofi kebersamaan, gotong royong, kesederhanaan, keseimbangan, dan harmoni.

Ditempat yang sama, Bupati Magetan, Nanik Endang Rusminiarti, dalam sambutannya mengapresiasi karya tersebut. Ia mengungkapkan rasa bangga dan terima kasih atas inisiatif kreatif masyarakat Sukowinangun.

“Saya sangat mengapresiasi kelurahan Sukowinangun yang telah menggali potensi lokal menjadi karya budaya bernilai tinggi. Batik ini dibuat dari inspirasi kehidupan sehari-hari masyarakat — mulai dari proses mengiris punten menjadi lempeng hingga dituangkan dalam motif batik yang bermakna,” ujarnya.

Lebih membanggakan lagi, para pembatik dan desainer Batik Suko berasal langsung dari Kelurahan Sukowinangun sendiri. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kreativitas lokal mampu tumbuh dan bersinar dari akar budaya masyarakat.

Dengan hadirnya Batik Suko, Sukowinangun tidak hanya menciptakan ikon baru, tetapi juga menegaskan peran aktif dalam pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi masyarakat.(niel/red)

Tinggalkan Balasan