Opini  

Caleg Gagal Mewarnai Bursa Kandidat Pilkada Magetan

Muries Subiyantoro, Guru BK SMPN 1 Magetan, Pegiat Demokrasi dan Penggagas LoGoPoRi. (Ist/ Lensa Magetan).

MAGETAN (Lensamagetan.com) – Memasuki dua bulan sebelum pendaftaran resmi Paslon Pilkada di KPU Magetan, dari sembilan partai politik peroleh kursi DPRD Magetan hasil Pileg 2024, terdapat delapan partai politik telah membuka pendaftaran bahkan ada yang sudah menutup pendaftaran untuk bakal calon bupati dan bakal calon wakil bupati, kecuali PKS yang sampai opini ini di tulis secara terbuka masih belum membuka pendaftaran.

Para kandidat yang sudah mendaftar saat ini berasal dari beragam latar belakang, ada dua wabup petahana, baik petahana yang baru dan lama, lalu ada pengusaha, politisi, PNS, akademisi. Namun, apabila kita cermati lebih mendalam ada satu fenomena menarik, yaitu di antara pendaftar yang ada hampir separonya diisi oleh para caleg yang gagal dalam Pileg serentak Februari 2024 lalu.

Sebut saja misalnya, Sutikno caleg gagal DPR RI dari Hanura, Djarno caleg gagal DPR RI dari Nasdem, Basuki Babussalam caleg gagal DPR RI dari PAN, Risto Ariesta Viale caleg gagal DPRD Kabupaten Magetan dari Partai Demokrat, dan Mohamat Dwi Suntoro caleg gagal DPR RI dari Gerindra. Ada lagi Mohyar caleg gagal DPRD Kabupaten Magetan dari Golkar dan Suyatni Priasmoro caleg gagal DPR RI dari Nasdem, yang walaupun belum resmi mendaftar sebagai bakal calon bupati atau wakil bupati, tetapi sudah memasang baliho di seantero Kabupaten Magetan.

Fenomena caleg gagal mewarnai bursa kandidat Pilkada Magetan saat ini menjadi fenomena yang menarik karena pada momentum Pilkada sebelum-sebelumnya, fenomena ini tidak muncul. Ada beberapa indikator yang bisa di analisis dari pemandangan politik lokal kali ini. Setidaknya, ada 3 (tiga) indikator yang bisa kita baca.

Pertama, dilihat dari kajian psikologi sosial atau psikologi politik, fenomena politik lokal sekarang ini menandakan munculnya resiliensi yang tinggi. Istilah resiliensi dikenalkan pertama kali pada 1950-an oleh Blok dengan nama Ego-Resiliency (ER), yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Resiliensi diperlakukan sebagai faktor protektif melawan kesulitan (Farkaz & Orosz, 2015).

Lalu apa kaitannya para caleg gagal yang ikut berkontestasi dalam Pilkada Magetan Nopember nanti dengan resiliensi? Kaitannya adalah dalam politik dibutuhkan kemampuan untuk bangkit kembali dari kegagalan atau kesulitan. Dalam politik, perihal menang atau kalah adalah sesuatu yang lumrah dan jamak terjadi. Dalam sebuah kontestasi politik, tidak ada yang lebih mengagumkan daripada menemukan seseorang yang bangkit dari kegagalan untuk mencoba lagi.
Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana sosok perempuan tangguh dalam politik, Khofifah Indar Parawansa yang kalah dua kali dalam kontestasi Pilgub Jawa Timur melawan Pakdhe Karwo, tetapi semangat dan daya juang politiknya tidak pernah pudar, hingga pada akhirnya menjadi pemenang Pilgub pada tahun 2018 lalu, dan diberitakan pada Pilkada Serentak 2024 ini, Khofifah juga akan maju kembali menjadi Cagub Jawa Timur Periode 2024-2029.

Langkah para caleg gagal meramaikan bursa Pilkada Magetan patut diberi apresiasi, karena mereka setidaknya mempunyai daya tangguh yang tinggi dalam menghadapi berbagai kesulitan sekaligus kegagalan dalam Pileg lalu untuk bangkit kembali berjuang dalam memenangkan Pilkada. Publik sah-sah saja menilai langkah mereka sebagai sebuah ambisi politik, tetapi yang perlu dicermati bahwa ketika mereka mendaftar ikut kontestasi Pilkada tentunya tidak hanya sekadar latah ikut mendaftar, tetapi sudah melalui berbagai pertimbangan yang matang.

Kedua, menunjukkan ketangguhan mental dan komitmen terhadap tujuan politik mereka. Dan pada saat yang sama, juga menunjukkan betapa mereka memiliki motivasi yang kuat, guna mendorong untuk terus berusaha mencapai posisi tertinggi untuk berkhidmat melayani masyarakat.

Hal ini setidaknya bisa ditunjukkan ketika mereka para caleg gagal yang ikut mendaftar meramaikan bursa Pilkada Magetan ketika ditanya media massa apa motivasinya ikut mendaftar, sebagian besar rata-rata mereka menjawab ingin mengabdikan diri dan membangun Magetan ke depan. Mereka merasa memiliki kemampuan yang bisa dihandalkan untuk memimpin Magetan, sehingga bisa menjadi dorongan atau motivasi untuk berusaha mencapai kemenangan dan keberhasilan.

Dan sebagai contoh motivasi yang tinggi dari para caleg gagal yang ikut meramaikan bursa Pilkada Magetan adalah fenomenalnya Barack Obama Presiden Amerika Serikat, dimana Obama sebelum menjadi presiden pernah mengalami kegagalan dalam pemilihan sebagai anggota DPR AS sebelum kemudian terpilih sebagai Senator dan pemimpin Negeri Adi Daya tersebut.

Ketiga, dinamika dan tantangan Pileg dan Pilkada sangat berbeda. Pemilihan legislatif biasanya lebih kompetitif karena melibatkan banyak calon dari berbagai partai politik, sementara pemilihan kepala daerah seringkali lebih fokus pada individu calon.

Seseorang yang gagal di Pileg, akan bisa memiliki peluang lebih besar untuk menang dalam pemilihan kepala daerah, karena sudah memiliki basis dukungan signifikan dari kampanye Pileg sebelumnya, sehingga tinggal merawat dan menjaga kembali para konstituennya untuk digerakkan memilih kembali ketika Pilkada. Basis dukungan ini bisa berupa jaringan partai, relawan, dan pemilih yang loyal. Selain itu, karena faktor figur dalam Pilkada bisa lebih mudah menonjol sebagai individu dibandingkan dalam persaingan pemilihan legislatif yang lebih ramai.

Pada saat yang sama, model kampanye pemilihan kepala daerah seringkali lebih personal dan terfokus pada isu-isu spesifik. Sehingga mereka yang telah memiliki pengalaman kampanye di pemilu legislatif, akan lebih efektif berkomunikasi dengan pemilih ketika ikut Pilkada.

Kuncinya sekarang tinggal bagaimana memulihkan dan mempertahankan kepercayaan masyarakat. Jika Masyarakat melihat mereka para caleg gagal yang ikut meramaikan bursa Pilkada sebagai indvidu yang baik, gigih, dan memiliki komitmen tinggi, hal ini dapat mendekatkan pada kemenangan. Tetapi tetap harus diingat, bahwa dalam politik kalau tidak kalah ya menang. Maka Selamat Berjuang!!

 

Oleh : Muries Subiyantoro

Alumni Ilmu Politik FISIP Unair Surabaya, Pegiat Demokrasi, dan Penggagas LoGoPoRI

(Local Government and Political Research Institute) Magetan